A. Fotosintesis
a. fotosintesis Secara Umum
Energi
yang dipakai oleh seluruh organisme hidup (tumbuhan, hewan, manusia, dan
mikroorganisme) di bumi berasal dari matahari, yaitu melalui penyerapan energi
cahaya lalu dikonversi menjadi energi kimia pada proses fotosintesis.
Fotosintesis adalah suatu mekanisme penyusunan energi pada tanaman berklorofil
dengan bantuan cahaya melalui reaksi oksidasi-reduksi.
Reaksi
fotosintesis adalah:
6CO2
+ 6H2O + energi cahaya → C6H12O6 + 6O2 + 6 H2O
Reaksi
fotosintesis pada tumbuhan terjadi di kloroplas, yaitu pada grana (reaksi
terang) dan stroma (siklus Calvin), kloroplas adalah organel berbentuk
bulat/lonjong, dengan diameter 4-6 m.
Reaksi
terang pada tahap I menghasilkan ATP dan NADPH. Pada tahap II, fiksasi CO2 dan siklus Calvin terjadi di kloroplas,
sedangkan reduksi CO2 menjadi molekul gula terjadi di sitoplasma.
ATP
dan NADPH yang dihasilkan pada reaksi terang yang diperlukan untuk fiksasi CO2,
CO2 yang difiksasi tersebut berasal dari
udara yang masuk melewati celah stomata daun, sedangkan O2 berasal dari
fotolisis H2O.
Panjang
gelombang cahaya yang paling efektif untuk fotosintesis pada kisaran 400-500 nm
dan 620-700 nm.
Fotosintesis
melibatkan beberapa pigmen yang berfungsi sebagai tempat fotosintesis atau hanya
berfungsi sebagai penyerap cahaya lalu energinya dipindahkan ke pigmen lain,
sebagai berikut:
Klorofil
a → klorofil a
Klorofil
b → klorofil a
Karotenoid
→ klorofil a
Fikobilin
→ klorofil a
b. Reaksi Terang (Reaksi
Fotofosforilasi)
Perubahan
energi cahaya menjadi energi kimia menghasilkan
ATP (Adenosin trifosfat) dan NADPH (Nikotinamid adenine dinukleotida fosfat
tereduksi). ATP pada fotosintesis terbentuk oleh proses fotofosforilasi,
sedangkan NADPH terbentuk oleh proses fotoreduksi.
Fotofosforilasi:
|
Fotoreduksi:
NADP+ + H2O
cahaya NADPH + H+ + ⅟2 H2O
·
Tahap
pertama dari system fotosintesis adalah reaksi terang
·
Reaksi ini memerlukan molekul air
·
Reaksi
ini sangat bergantung kepada ketersediaan sinar matahari.
·
Proses diawali
dengan penangkapan foton oleh pigmen sebagai antena.
· Sinar matahari yang berupa foton yang terbaik
adalah sinar merah dan ungu
·
Pigmen klorofil
menyerap lebih banyak cahaya terlihat pada warna ungu (400-450 nanometer) dan
merah (650-700 nanometer) dibandingkan hijau (500-600 nanometer).
·
Cahaya hijau ini
akan dipantulkan dan ditangkap oleh mata kita sehingga menimbulkan sensasi
bahwa daun berwarna hijau.
·
Fotosintesis akan
menghasilkan lebih banyak energi pada gelombang cahaya dengan panjang tertentu.
Hal ini karena panjang gelombang yang pendek menyimpan lebih banyak energi.
·
Di
dalam daun, cahaya akan diserap oleh molekul klorofil untuk dikumpulkan pada
pusat-pusat reaksi
·
Reaksi
ini melibatkan beberapa kompleks protein dari membran tilakoid berupa pigmen
yang terdiri dari sistem cahaya yang disebut fotosistem
·
Dua jenis pigmen
yang berfungsi aktif sebagai pusat reaksi atau fotosistem yaitu fotosistem II
dan fotosistem I.
·
fotosistem
I dan II sebagai sistem pembawa elektron
·
Fotosistem
terdapat perangkat komplek protein pembentuk ATP berupa enzim ATP sintase.
·
Fotosistem II
terdiri dari molekul klorofil yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 680
nanometer,
·
sedangkan
fotosistem I 700 nanometer.
·
Kedua fotosistemini
akan bekerja secara simultan dalam fotosintesis, seperti dua baterai dalam
senter yang bekerja saling memperkuat.
·
Fotosintesis
dimulai ketika cahaya mengionisasi molekul klorofil pada fotosistem II(P.680)
·
Fotosistem II
melepaskan elektron yang akan ditransfer sepanjang rantai transpor elektron.
·
Energi dari
elektron ini digunakan untuk fotofosforilasi yang menghasilkan ATP , satuan
pertukaran energi dalam sel.
·
Reaksi ini
menyebabkan fotosistem II mengalami defisit atau kekurangan elektron yang harus
segera diganti.
·
Pada tumbuhan dan
alga, kekurangan elektron ini dipenuhi oleh elektron dari hasil ionisasi air
yang terjadi bersamaan dengan ionisasi klorofil.
·
Hasil ionisasi air
ini adalah elektron dan oksigen.
·
Oksigen
dari proses fotosintesis hanya dihasilkan dari air, bukan dari karbon dioksida
·
Pada saat yang sama
dengan ionisasi fotosistem II, cahaya juga mengionisasi fotosistem I,
melepaskan elektron yang ditransfer sepanjang rantai transpor elektron yang
akhirnya mereduksi NADP menjadi NADPH
·
Jadi P 700 (
Photosistem I ) menhasilkan NADPH2 , sedang Phoyosistem II (P 680) menghasilkan
Oksigen dan ATP
·
Reaksi
terang mengubah energi cahaya menjadi energi kimia, juga menghasilkan oksigen
dan mengubah ADP dan NADP+ menjadi energi pembawa ATP dan NADPH2.
·
ATP
dan NADPH2 inilah yang nanti akan digunakan sebagaienergi dalam reaksi gelap
·
Reaksi
terang terjadi di tilakoid, yaitu struktur cakram yang terbentuk dari
pelipatan membran dalam kloroplas.
·
Membran
tilakoid menangkap energi cahaya dan mengubahnya menjadi energi kimia. Jika ada
bertumpuk-tumpuk tilakoid, maka disebut grana
Reaksi
fotofosforilasi siklik adalah reaksi yang hanya melibatkan satu fotosistem,
yaitu fotosistem I. Dalam fotofosforilasi siklik, pergerakan elektron dimulai
dari fotosistem I dan berakhir di fotosistem I.
·
Pertama,
energi cahaya, yang dihasilkan oleh matahari, membuat elektron-elektron di P700
menjadi aktif karena rangsangan dari luar
·
elektron
yang terbentuk itu kemudian keluar menuju akseptor elektron primer kemudian
menuju rantai transpor elektron.
·
Karena
P700 mentransfer elektronnya ke akseptor elektron, P700 mengalami defisiensi
elektron dan tidak dapat melaksanakan fungsinya.
·
Selama
perpindahan elektron dari akseptor satu ke akseptor lain, selalu terjadi
transformasi hidrogen bersama-sama elektron pada fotosistem P 700 itu
·
Rantai
transpor ini menghasilkan gaya penggerak proton, yang memompa ion H+
melewati membran, yang kemudian menghasilkan gradien konsentrasi yang dapat
digunakan untuk menggerakkan sintase ATP selama kemiosmosis, yang kemudian
menghasilkan ATP.
·
Dari
rantai transpor, elektron kembali ke fotosistem I. Dengan kembalinya elektron
ke fotosistem I, maka fotosistem I dapat kembali melaksanakan fungsinya lagi
·
Fotofosforilasi
siklik terjadi pada beberapa bakteri, dan juga terjadi pada semua organisme
fotoautotrof.
Reaksi
fotofosforilasi nonsiklik adalah reaksi dua tahap yang melibatkan dua
fotosistem klorofil yang berbeda, yaitu fotosistem I dan II. Dalam
fotofosforilasi nonsiklik, pergerakan elektron dimulai di fotosistem II, tetapi
elektron tidak kembali lagi ke fotosistem II.
·
Mula-mula,
molekul air diurai menjadi 2H+ + 1/2O2 + 2e-.
·
Dua
elektron dari molekul air tersimpan di fotosistem II,
·
Sedang
ion H+ akan digunakan pada reaksi yang lain
·
dan
O2 akan dilepaskan ke udara bebas.
·
Karena
tersinari oleh cahaya matahari, dua elektron yang ada di P680 menjadi
tereksitasi dan keluar menuju akseptor elektron primer.
·
Setelah
terjadi transfer elektron, P680 menjadi defisiensi elektron, tetapi dapat cepat
dipulihkan berkat elektron dari hasil penguraian air tadi.
·
Setelah
itu mereka bergerak lagi ke rantai transpor elektron, yang membawa mereka
melewati pheophytin, plastoquinon, komplek sitokrom b6f, plastosianin, dan
akhirnya sampai di fotosistem I, tepatnya di P700.
·
Perjalanan
elektron diatas disebut juga dengan "skema Z".
·
Sepanjang
perjalanan di rantai transpor, dua elektron tersebut mengeluarkan energi untuk
reaksi sintesis kemiosmotik ATP, yang kemudian menghasilkan ATP.
·
Sesampainya
di fotosistem I, dua elektron tersebut mendapat pasokan tenaga yang cukup besar
dari cahaya matahari.
·
Kemudian
elektron itu bergerak ke molekul akseptor, feredoksin, dan akhirnya sampai di
ujung rantai transpor, dimana dua elektron tersebut telah ditunggu oleh NADP+
dan H+, yang berasal dari penguraian air.
·
Dengan
bantuan suatu enzim bernama Feredoksin-NADP reduktase, disingkat FNR, NADP+,
H+, dan elektron tersebut menjalani suatu reaksi:
·
NADP+ + H+ + 2e-
—> NADPH
·
NADPH, sebagai hasil reaksi diatas, akan
digunakan dalam reaksi Calvin-Benson, atau reaksi gelap.
Fotofosforilasi
siklik dan fotofosforilasi nonsiklik memiliki perbedaan yang mendasar, yaitu
sebagai berikut
c. Reaksi Gelap
·
Reaksi
gelap merupakan reaksi lanjutan dari reaksi terang dalam fotosintesis.
·
Reaksi
ini tidak membutuhkan cahaya. Reaksi gelap terjadi pada bagian kloroplas yang
disebut stroma.
·
Bahan
reaksi gelap adalah ATP dan NADPH, yang dihasilkan dari reaksi terang, dan CO2,
yang berasal dari udara bebas.
·
Dari
reaksi gelap ini, dihasilkan glukosa (C6H12O6),
yang sangat diperlukan bagi reaksi katabolisme.
·
Reaksi
ini ditemukan oleh Melvin Calvin dan Andrew Benson, karena itu
reaksi gelap disebut juga reaksi Calvin-Benson.
·
Salah
satu substansi penting dalam proses ini ialah senyawa gula beratom karbon lima
yang terfosforilasi yaitu ribulosa fosfat.
·
Jika
diberikan gugus fosfat kedua dari ATP maka dihasilkan ribulosa difosfat
(RDP). Ribulosa difosfat ini yang nantinya akan mengikat CO2
dalam reaksi gelap.
·
Secara
umum, reaksi gelap dapat dibagi menjadi tiga tahapan (fase), yaitu fiksasi,
reduksi, dan regenerasi.
·
Pada
fase fiksasi, 6 molekul ribulosa difosfat mengikat 6 molekul CO2
dari udara dan membentuk 6 molekul beratom C6 yang tidak stabil
·
6
molekul beratom C6 yang tidak stabil itu kemudian pecah menjadi 12 molekul
beratom C3 yang dikenal dengan 3-asam fosfogliserat (APG/PGA).
·
Selanjutnya,
3-asam fosfogliserat ini mendapat tambahan 12 gugus fosfat, dan membentuk 1,3-bifosfogliserat
(PGA 1.3 biphosphat).
·
Kemudian,
1,3-bifosfogliserat masuk ke dalam fase reduksi, dimana senyawa ini direduksi
oleh H+ dari NADPH, yang kemudian berubah menjadi NADP+,
dan terbentuklah 12 molekul fosfogliseraldehid (PGAL) yang beratom 3C.
·
Selanjutnya
terjadi sintesa , 2 molekul fosfogliseraldehid melepaskan diri dan menyatukan
diri menjadi 1 molekul glukosa yang beratom 6C (C6H12O6).
·
10
molekul fosfogliseraldehid yang tersisa kemudian masuk ke dalam fase
regenerasi, yaitu pembentukan kembali ribulosa difosfat.(RDP/RuBP)
·
Pada
fase ini, 10 molekul fosfogliseraldehid berubah menjadi 6 molekul ribulosa
fosfat. Jika mendapat tambahan gugus fosfat, maka ribulosa fosfat akan
berubah menjadi ribulosa difosfat (RDP),
·
RDP/RuBP
kemudian kembali akan mengikat CO2 lagi , begitu setrusnya.
·
Dalam
fotosynthesis kebutuhan karbon dioksida (CO2) pada reaksi gelap , akan dipenuhi
dari udara yang masuk melalui stomata tanaman
·
Pada
kebanyakan tanaman, fotosintesis berfluktuasi sepanjang hari sebagai stomata
membuka dan menutup.
·
Biasanya,
stomata terbuka di pagi hari, menutup pada tengah hari, membuka kembali di sore
hari, dan ditutup untuk baik di malam hari.
·
Karbon
dioksida yang berlimpah di udara, sehingga tidak menjadi faktor pembatas dalam
pertumbuhan tanaman.
·
Pada
sistem penanaman tanaman dengan Greenhouse tertutup rapat mungkin tidak cukup
memungkinkan udara luar untuk masuk dan dengan demikian mungkin kurangnya
karbon dioksida yang cukup untuk pertumbuhan tanaman.
·
Karbon
dioksida generator digunakan untuk menghasilkan CO2 di rumah kaca untuk tanaman
komersial seperti mawar, anyelir, dan tomat.
·
Dalam
rumah kaca rumah yang lebih kecil, es kering adalah sumber yang efektif dari
CO2.
d. FAKTOR
PEMBATAS FOTOSINTESIS
·
Faktor
penentu laju fotosintesis
·
Reaksi
gelap ini menghasilkan APG (asam fosfogliserat), ALPG
(fosfogliseraldehid), RDP (ribulosa difosfat), dan glukosa (C6H12O6).
Dalam
fotosynthesis kebutuhan karbon dioksida (CO2) pada reaksi gelap , akan dipenuhi
dari udara yang masuk melalui stomata tanaman
·
Pada
kebanyakan tanaman, fotosintesis berfluktuasi sepanjang hari sebagai stomata
membuka dan menutup.
·
Biasanya,
stomata terbuka di pagi hari, menutup pada tengah hari, membuka kembali di sore
hari, dan ditutup untuk baik di malam hari.
·
Karbon
dioksida yang berlimpah di udara, sehingga tidak menjadi faktor pembatas dalam
pertumbuhan tanaman.
·
Pada
sistem penanaman tanaman dengan Greenhouse tertutup rapat mungkin tidak cukup
memungkinkan udara luar untuk masuk dan dengan demikian mungkin kurangnya
karbon dioksida yang cukup untuk pertumbuhan tanaman.
·
Karbon
dioksida generator digunakan untuk menghasilkan CO2 di rumah kaca untuk tanaman
komersial seperti mawar, anyelir, dan tomat.
·
Dalam
rumah kaca rumah yang lebih kecil, es kering adalah sumber yang efektif dari
CO2.
Faktor penentu laju
fotosintesis
Berikut
adalah beberapa faktor utama yang menentukan laju fotosintesis:Intensitas
cahaya
Laju
fotosintesis maksimum ketika banyak cahaya.
- Konsentrasi
karbon dioksida
Semakin banyak
karbon dioksida di udara, makin banyak jumlah bahan yang dapat digunakan
tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis.
- Suhu
Enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja
pada suhu optimalnya. Umumnya laju fotosintensis meningkat seiring dengan meningkatnya suhu hingga batas toleransi enzim.
- Kadar
air
Kekurangan air
atau kekeringan menyebabkan stomata menutup, menghambat
penyerapan karbon dioksida sehingga mengurangi laju fotosintesis.
penyerapan karbon dioksida sehingga mengurangi laju fotosintesis.
- Kadar
fotosintat (hasil fotosintesis)
Jika kadar
fotosintat seperti karbohidrat berkurang, laju fotosintesis akan
naik. Bila kadar fotosintat bertambah atau bahkan sampai jenuh, laju
fotosintesis akan berkurang.
naik. Bila kadar fotosintat bertambah atau bahkan sampai jenuh, laju
fotosintesis akan berkurang.
- Tahap
pertumbuhan
Penelitian
menunjukkan bahwa laju fotosintesis jauh lebih tinggi pada
tumbuhan yang sedang berkecambah ketimbang tumbuhan dewasa. Hal ini
mungkin dikarenakan tumbuhan berkecambah memerlukan lebih banyak energi dan makanan untuk tumbuh.
tumbuhan yang sedang berkecambah ketimbang tumbuhan dewasa. Hal ini
mungkin dikarenakan tumbuhan berkecambah memerlukan lebih banyak energi dan makanan untuk tumbuh.
Dengan
terbentuknya Glukosa sebagai hasil akhir Fotosintesis nya , akan dirubah
menjadi Amylum dan kemudian dimanfaatkan menjadi berbagai bentuk karbohidrat .
Supaya tidak setengah setengah memahaminya Karbohidrat ini di kelompokkan
menjadi berbagai bentuk yaitu berdasarkan gugus gulanya. dan tentu secara pasti
apapun bentuknya karbohidrat itu mutlak berasal dari Hasil fotosintesis
Tumbuhan Berdasar panjang rantai karbon, karbohidrat dibagi 3, yaitu:
- Monosakarida
Merupakan karbohidrat yang tidak bisa dihidrolisis menjadi bentuk yang
lebih sederhana dibagi menjadi triosa, tetrosa, pentosa, heksosa, heptosa.
Heksosa dalam tubuh antara lain glukosa, galaktosa, fruktosa dan manosa.
- Oligosakarida
Menghasilkan 2 - 6 monosakarida melalui hidrolisis. Oligosakarida yang
penting dalam tubuh adalah disakarida yang menghasilkan 2 monosakarida
jika dihidrolisis, contoh disakarida antara lain: sukrosa (gula pasir),
laktosa (gula susu), dan maltosa (gula gandum). Hidrolisis sukrosa
menghasilkan glukosa dan fruktosa. Hidrolisis laktosa menghasilkan
galaktosa dan glukosa. Hidrolisis maltosa menghasilkan dua molekul
glukosa.
- PolisakaridaMenghasilkan
lebih dari 6 monosakarida melalui hidrolisis. Contoh: pati, glikogen,
selulosa, dekstrin.
e. TIPE-TIPE FOTOSINTESIS
Pada uraian tentang fotosintesis yang dulu saya telah jelaskan mengenai proses fotosintesis yang umum
terjadi pada tumbuhan. Coba ingat kembali langkah awal reaksi gelap / siklus
Calvin-Benson. Pada siklus tersebut CO2 akan diikat oleh
ribulosabifosfat (RuBP) dan membentuk asam fosfogliserat (PGA) yang merupakan
senyawa 3-C. Proses tersebut hanya bisa berjalan dengan bantuan enzim rubisco (ribulosabifosfat
karboksilase oksigenase). Karena menghasilkan PGA yang merupakan senyawa
3-C maka disebut kelompok
1. tumbuhan C3.
Perlu diketahui bahwa
enzim rubisco yang membantu RuBP mengikat CO2, juga mampu mengikat O2
meskipun jumlahnya jauh lebih kecil. O2 yang terikat tersebut akan
menyebabkan berlangsungnya fotorespirasi, yaitu proses pemecahan glukosa
hasil fotosintesis dengan bantuan oksigen dan berlangsung pada siang hari.
Peristiwa ini mirip sekali dengan proses respirasi pada manusia dan hewan.
Hanya saja karena berlangsung pada tumbuhan saat siang hari, maka disebut
fotorespirasi. Proses ini bisa menyebabkan penurunan akumulasi glukosa produk
fotosintesis.
2. Tumbuhan C4
Pada jenis tumbuhan yang
hidup di daerah panas seperti jagung, tebu, rumput-rumputan, memiliki kebiasaan
saat siang hari mereka tidak membuka stomatanya secara penuh untuk mengurangi
kehilangan air melalui evaporasi/transpirasi. Ini berakibat terjadinya
penurunan jumlah CO2 yang masuk ke stomata. Logikanya hal ini
menghambat laju fotosintesis. Ternyata para tumbuhan ini telah mengembangkan
cara yang cerdas untuk menjaga agar laju fotosintesis tetap normal meskipun
stomata tidak membuka penuh. Apa bedanya dengan tumbuhan C-3?
Perbedaannya ada pada
mekanisme fiksasi CO2. Pada tumbuhan C-4 karbondioksida pertamakali
akan diikat oleh senyawa yang disebut PEP (phosphoenolphyruvate /
fosfoenolpiruvat) dengan bantuan enzim PEP karboksilase dan
membentuk oksaloasetat, suatu senyawa 4-C. Itu sebabnya kelompok
tumbuhan ini disebut tumbuhan C-4 atau C-4 pathway. PEP dibentuk dari piruvat
dengan bantuan enzim piruvat-fosfat dikinase. Berbeda dengan rubisco,
PEP sangat lemah berikatan dengan O2. Ini berarti bisa menekan
terjadinya fotorespirasi sekaligus mampu menangkap lebih banyak CO2
sehingga bisa meningkatkan laju produksi glukosa.
Pengikatan CO2
oleh PEP tersebut berlangsung di sel-sel mesofil (daging
daun). Oksaloasetat yang terbentuk kemudian akan direduksi karena menerima H+
dari NADH dan berubah menjadi malat, kemudian ditransfer menuju ke sel seludang
pembuluh (bundle sheath cells) melalui plasmodesmata. Sel-sel seludang
pembuluh adalah kelompok sel yang mengelilingi jaringan pengangkut xilem dan
floem. Lihat gambar.
Di dalam sel-sel
seludang pembuluh malat akan dipecah kembali menjadi CO2 yang
langsung memasuki siklus Calvin-Benson, dan piruvat dikembalikan lagi ke
sel-sel mesofil. Hasil dari siklus Calvin-Benson adalah molekul glukosa yang
kemudian ditranspor melalui pembuluh floem.
Dari uraian di atas kita
tahu bahwa fiksasi CO2 pada tumbuhan C-4 berlangsung dalam dua
langkah. Pertama CO2 diikat oleh PEP menjadi oksaloasetat dan
berlangsung di sel-sel mesofil. Kedua CO2 diikat oleh rubisco
menjadi APG di sel seludang pembuluh. Ini menyebabkan energi yang digunakan
untuk fiksasi CO2 lebih besar, memerlukan 30 molekul ATP untuk
pembentukan satu molekul glukosa. Sedangkan pada tumbuhan C-3 hanya memerlukan
18 molekul ATP. Namun demikian besarnya kebutuhan ATP untuk fiksasi CO2
pada tumbuhan C-4 sebanding dengan besarnya hasil produksi glukosa karena
dengan cara tersebut mampu menekan terjadinya fotorespirasi yang menyebabkan
pengurangan pembentukan glukosa. Itu sebabnya kelompok tumbuhan C-4 dikenal
efektif dalam fotosintesis.
3. Tumbuhan CAM
Tumbuhan lain yang
tergolong sukulen (penyimpan air) misalnya kaktus dan nanas memiliki
adaptasi fotosintesis yang berbeda lagi. Tidak seperti tumbuhan umumnya,
kelompok tumbuhan ini membuka stomata pada malam hari dan menutup pada siang
hari. Stomata yang menutup pada siang hari membuat tumbuhan mampu menekan
penguapan sehingga menghemat air, tetapi mencegah masuknya CO2.
Saat stomata terbuka
pada malam hari, CO2 di sitoplasma sel-sel mesofil akan diikat oleh
PEP dengan bantuan enzim PEP karboksilase sehingga terbentuk oksaloasetat
kemudian diubah menjadi malat (persis seperti tumbuhan C-4). Selanjutnya malat
yang terbentuk disimpan dalam vakuola sel mesofil hingga pagi hari. Pada siang
hari saat reaksi terang menyediakan ATP dan NADPH untuk siklus Calvin-Benson,
malat dipecah lagi menjadi CO2 dan piruvat. CO2 masuk ke
siklus Calvin-Benson di stroma kloroplas, sedangkan piruvat akan digunakan
untuk membentuk kembali PEP.
Inilah tumbuhan Crassula ovata / Jade
Plant (famili Crassulaceae)
|
Nanas juga termasuk
|
Perbedaan Fotosintesis Tumbuhan C3,
C4 dan CAM
Berhubungan dengan jalan metabolisme
karbon dalam proses fotosintesis , proses fotosintesis dari tanaman Eugenia
aquea adalah fiksasi karbon C3. Dalam proses ini
prinsipnya mengkonversi gas karbon dioksida dan ribulose bisphosphate
(Rubp yaitu suatu gula carbon 5) ke dalam 3-phosphoglycerate melalui reaksi
berikut :
6 CO2 + 6 Rubp 12
3-phosphoglyserat
Tumbuhan C3 tumbuh dengan karbon
fiksasi C3 biasanya tumbuh dengan baik di area dimana intensitas sinar matahari
cenderung sedang, temperature sedang dan dengan knsentrasi
CO2 sekitar 200 ppm atau lebih tinggi, dan juga dengan air tanah yang
berlimpah. Tumbuhan C3 harus berada dalam area dengan konsentrasi gas
karbondioksida yang tinggi sebab Rubisco sering menyertakan molekul oksigen ke
dalam Rubp sebagai pengganti molekul karbondioksida. Konsentrasi gas
karbondioksida yang tinggi menurunkan kesempatan Rubisco untuk menyertakan
molekul oksigen. Karena bila ada molekul oksigen maka Rubp akan terpecah
menjadi molekul 3-karbon yang tinggal dalam siklus Calvin, dan 2 molekul
glikolat akan dioksidasi dengan adanya oksigen, menjadi karbondioksida yang
akan menghabiskan energi sel.
Perbedaan tumbuhan C3 dan C4 adalah
cara kedua tumbuhan memfiksasi CO2. Pada tumbuhan C3,CO2 hanya difiksasi RuBP
leh karboksilase RuBP. Karboksilase RuBP hanya bekerja apabila CO2 jumlahnya
berlimpah. Tetapi pada sintesis C4,enzim karboksilase PEP memfiksasi CO2 pada
akseptor karbon lain yaitu PEP. Karboksilase PEP memiliki daya ikat yang lebih
tinggi terhadap CO2 daripada karboksilase RuBP. Oleh karena itu,tingkat CO2
menjadi sangat rendah pada tumbuhan C4,jauh lebih rendah daripada konsentrasi
udara normal dan CO2 masih dapat terfiksasi ke PEP oleh enzim karboksilase
PEP. Sistem perangkap C4 bekerja pada konsentrasi CO2 yang jauh lebih rendah.
Berdasarkan tipe fotosintesis,
tumbuhan dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu C3, C4, dan CAM
(crassulacean acid metabolism). Tumbuhan C4 dan CAM lebih adaptif di daerah
panas dan kering dibandingkan dengan tumbuhan C3. Namun tanaman C3 lebih
adaptif pada kondisi kandungan CO2 atmosfer tinggi. Sebagian besar tanaman
pertanian, seperti gandum, kentang, kedelai, kacang-kacangan, dan kapas
merupakan tanaman dari kelompok C3.
Tanaman C3 dan C4 dibedakan oleh
cara mereka mengikat CO2 dari atmosfir dan produk awal yang dihasilkan dari
proses assimilasi.
Pada tanaman C3, enzim yang
menyatukan CO2 dengan RuBP (RuBP merupakan substrat untuk pembentukan
karbohidrat dalam proses fotosintesis) dalam proses awal assimilasi, juga dapat
mengikat O2 pada saat yang bersamaan untuk proses fotorespirasi ( fotorespirasi
adalah respirasi,proses pembongkaran karbohidrat untuk menghasilkan energi dan
hasil samping, yang terjadi pada siang hari) . Jika konsentrasi CO2 di atmosfir
ditingkatkan, hasil dari kompetisi antara CO2 dan O2 akan lebih menguntungkan
CO2, sehingga fotorespirasi terhambat dan assimilasi akan bertambah besar.
Pada tanaman C4, CO2 diikat oleh PEP
(enzym pengikat CO2 pada tanaman C4) yang tidak dapat mengikat O2 sehingga
tidak terjadi kompetisi antara CO2 dan O2. Lokasi terjadinya assosiasi awal ini
adalah di sel-sel mesofil (sekelompok sel-sel yang mempunyai klorofil yang
terletak di bawah sel-sel epidermis daun). CO2 yang sudah terikat oleh PEP
kemudian ditransfer ke sel-sel “bundle sheath” (sekelompok sel-sel di sekitar
xylem dan phloem) dimana kemudian pengikatan dengan RuBP terjadi. Karena tingginya
konsentasi CO2 pada sel-sel bundle sheath ini, maka O2 tidak mendapat
kesempatan untuk bereaksi dengan RuBP, sehingga fotorespirasi sangat kecil and
G sangat rendah, PEP mempunyai daya ikat yang tinggi terhadap CO2, sehingga
reaksi fotosintesis terhadap CO2 di bawah 100 m mol m-2 s-1 sangat tinggi. ,
laju assimilasi tanaman C4 hanya bertambah sedikit dengan meningkatnya CO2
Sehingga, dengan meningkatnya CO2 di
atmosfir, tanaman C3 akan lebih beruntung dari tanaman C4 dalam hal pemanfaatan
CO2 yang berlebihan.
Contoh tanaman C3 antara lain : kedele, kacang tanah,
kentang, dll
contoh tanaman C4 adalah jagung, sorgum dan tebu.
Berdasarkan tipe fotosintesis,
tumbuhan dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu C3, C4, dan CAM
(crassulacean acid metabolism). Tumbuhan C4 dan CAM lebih adaptif di
daerah panas dan kering dibandingkan dengan tumbuhan C3. Namun tanaman C3 lebih
adaptif pada kondisi kandungan CO2 atmosfer tinggi. Sebagian besar tanaman
pertanian, seperti padi, gandum, kentang, kedelai, kacang-kacangan, dan kapas
merupakan tanaman dari kelompok C3. Tanaman pangan yang tumbuh di daerah
tropis, terutama gandum, akan mengalami penurunan hasil yang nyata dengan
adanya kenaikan sedikit suhu karena saat ini gandum dibudidayakan pada kondisi
suhu toleransi maksimum.Negara berkembang akan berada pada posisi sulit untuk
mempertahankan kecukupan pangan.
B. Respirasi
Didalam
setiap sel hidup terjadi proses metabolism. Salah satu proses tersbut adalah
katabolisme. Katabolisme disebut pula disimilasi, karena dalam proses ini
energy yang tersimpan ditimbulkan kembali atau dibongkar untuk menyelenggarakan
proses – proses kehidupan .
Respirasi sel berlangsung
didalam mitokondria melalui proses glikolisis, yakni proses pengubahan atom C6
menjadi C3. Dilanjutkan dengan proses dekarboksilasi oksidatif yang mengubah
senyawa C3 menjadi senyawa C2 dan C1 (CO2). Kemudian daur krebs mengubah senyawa
C2 menjadi senyawa C1(CO2¬).
Pada setiap tingkatan ini
dihasilkan energy berupa ATP (adenosine Tri Phosphat) dan Hidrogen . hydrogen
yang berenergi bergabung dengan akseptor hydrogen untuk dibawa ke transfer
electron ; energynya dilepaskan dan hydrogen diterima oleh O2 menjadi H2O
.Didalam proses respirasi dihasilkan senyawa antara CO2 yang merupakan bahan
dasarproses anabolisme.
Didalam proses respirasi
sel bahan bakarnya adalah gula heksosa. Pembakaran tersebut memerlukan oksigen
bebas, sehingga reaksi keseluruhan dapat ditukis sebagai berikut :
C6h12O6 + 6CO2 ---------------- 6CO2 + 6H2O + 675 kal
C6h12O6 + 6CO2 ---------------- 6CO2 + 6H2O + 675 kal
Dalam respirasi aerob.
Gula heksosa mengalami pembongkaran dengan proses yang sangat panjang.
Pertamakali glukosa sebagai bahan dasar mengalami fosfolarisasi, yaitu proses
penambahan fosfat kepada molekul – molekul glukosa hingga menjadi fruktosa -1,
6 – difosfat. Pada fosforilasi , ATP dan ADP memgang peranan penting sebagai
pengisi fosfat.
Adapun pengubahan
fruktosa – 1 , 6 – dipospat hingga akhirnya menjadi CO2 dan H2O dapat dibagi
menjadi empat tahap , yaitu glikolisis, reaksi antara (dekarboksilasi
oksidatif), siklus krebs, dan transfer electron.
1. Glikolisis
Adalah rangkaian reaksi pengubahan molekul glukosa menjadi asam piruvat dengan
menghasilkan NADH dan ATP.
Sifat – sifat glikolisis
ialah:
a. Dapat berlangsung
secara aerob maupun anaerob
b. Dalam glikolisis
terdapat kegiatan enzimatis dan AdenosineTrifosfat (ATP) serta Adenosine
Difosfat (ADP)
c. ADP dan ATP berperan dalam
pemindahan fosfat dari molekul satu ke molekul lainnya.
Glukosa sebagai substrat dalam respirasi aerob (maupun anaerob) diperoleh
dari hasil fotosintesis.diawali dengan penambahan satu fosfat oleh ATPO
terhadap glukosa, sehingga terbentuk glukosa – 6 fosfat dan ATP menyusut
menjadi ADP . peristiwa ini disebut fosfolirasi yang berlangsung dengan bantuan
enzim heksokinase dan ion Mg++ hasil akhir dari fosfolirasi berupa fruktosa-1,
6-difosfat dan dari sinilah dimulai glikolisis.
Glikolisis dimulai dari perubahan fruktosa -1, 6-difosfat yang memiliki 6
buah atom C diubah menjadi 3-difosfogliseral-dehida (dengan 3 buah atom C) dan
dihidroksi-aseton-fosfat. Pembongkaran ini dibantu oleh enzim aldolase.
Dihidroksi aseton fosfat kemudian menjadi 3- fosfogliseraldehida juga
dengan pertolongan enzim fosfitriosaisomerase.
Selanjutnya fosfogliseraldehida bersebyawa dengan suatu asam fosfat (H3PO4)
dan berubah menjadi 1,3 –disfosfogliseraldehida.
1,3 – difosfogliseraldehida berubah menjadi asam 1,3 –difosfogliserat
dengan bantuan enzimdehidrogenase. Peristiwa ini terjadi karena adanya
penambahan H2.
Dengan bantuan enzim transfosforilase fosfogliserat serta ion – ion Mg++,
asam 1,3-difosfogliserat kehilangan satu fosfat sehingga berubah menjadi asam –
3 – fosfogliserat.
Selanjutnya asam – 3 – fosfogliserat menjadi asam – 2 – fosfogliserat
karena pengaruh enzim fosfogliseromutase.
Dengan pertolongan enzim enolase dan ion – ion Mg++, maka asam-
2-fosfofogliserat melepaskan H2O dan menjadi asam -2-fosfoenolpiruvat.
Perubahan terakhir dalam glikolisisadalah pelepasan satu fosfat dari
asam-2-fosfoenolpiruvat menjadi asam piruvat. Enzim transfosforilase
fosfopiruvat dan ion – ion Mg++ membantu proses ini sedang ADP meningkat
menjadi ATP.
Gambar SKEMA PROSES GLIKOLISIS'
Gambar SKEMA PROSES GLIKOLISIS'
Setelah glikolisis terjadi reaksi antara. (dekarboksilasi oksidatif), yaitu
pengubahan asam piruvat menjadi 2 asetil KoA sambil menghasilkan CO2 dan
2NADH2 yang reaksinya adalah :
2 NAD 2NADH2
2(C3H4O3)
2 (C3H3O) – KoA + 2CO2
Piruvat
Asetil KoA
Perubahan
asam piruvat menjadi asetil KoA merupakan persimpangan jalan untuk menuju
berbagai biosintesis yang lain. Asetil KoA yang terbentuk kemudian memasuki
siklus krebs.
Pada siklus krebs ini (terjadi dimatriks mitokondria) asetil KoA diubah menjadi KoA. Asetil KoA bergabung dengan asam oksaloasetat membentuk asam sitrat. KoA dilepaskan sehingga memungkinkan untuk mengambil fragmen 2C lain dari asam piruvat.
Pembentukan asam sitrat terjadi diawal siklus krebs , sementara itu sisa
dua karbon dari glukosa dilepaskan sebagai CO2. Selama terjadi pembentukan –
pembentukan , energy yang dibutuhkan dilepaskan untuk menggabungkan fosfat
denga ADP membentuk molekul ATP.
Pada siklus krebs , pemecahan rantai karbon pada glukosa selesai, Jadi,
sebagai hasil dari glikoslisis , reaksi antara dan siklus krebs adalah
pemecahan satu molekul glukosa 6 karbon menjadi 6 molekul 1 karbon, selain itu
juga dihasilkan 2 molekul ATP dari glikolisis dan 2 ATP lagi dari siklus krebs.
Perlu diingat bahwa tiap – tiap proses melepaskan atom hydrogen yang
ditranspor ke sistem transport electron oleh molekul pembawa .
4. Sistem transport electron
Pada
sistem transpor electron berlangsung pengepakan energy dari glukosa menjadi
ATP. Reaksi ini terjadi didalam membaran
dalam mitokondria, hydrogen dari siklus krebs yang tergabung dalam FADH2dan
NADH diubah menjadi elektorn dan proton.
Pada sistem transport electron ini, oksigen adalah akseptor electron yang terakhir , setelah menerima electron , O2 akan bereaksi dengan H+ membentuk H2O. pada sistem ini dihasilkan 34 ATP.
Pada sistem transport electron ini, oksigen adalah akseptor electron yang terakhir , setelah menerima electron , O2 akan bereaksi dengan H+ membentuk H2O. pada sistem ini dihasilkan 34 ATP.
Jadi total ATP yang dihasilkan
dari respirasi seluler adalah sebagai berikut:
Secara tidak langsung secara Lewat sistem transport elektron langsung
Secara tidak langsung secara Lewat sistem transport elektron langsung
Glikolisis
2 NADH2 = 6 ATP
2 ATP
Reaksi
antara 2 NADH2 = 6 ATP
Siklus Krebs
6 NADH2 = 18 ATP
2 ATP
2 FADH2 = 4 ATP
------------------------------------
------------------
34
ATP
4 ATP
Respirasi aerob adalah
suatu proses pernapasan yang membutuhkan iksigen dari udara.
Ada beberapa tumbuhan yang kegiatan respirasinya menurun bila konsentrasi oksigen di udara dibawah normal, misalnya bayam, wortel dan bebrapa tumbuhan lainnya.
Ada beberapa tumbuhan yang kegiatan respirasinya menurun bila konsentrasi oksigen di udara dibawah normal, misalnya bayam, wortel dan bebrapa tumbuhan lainnya.
Respirasi anaerob dapat pula disebut
fermentasi atau respirasi intramolekul. Tujuan fermentasi sama dengan respirasi
aerob, yaitu mendapatkan energy. Hanya saja energi yang dihasilkan jauh lebih
sedikit dari respirasi aerob.
Perhatikan reaksi dibawah ini!
Respirasi aerob :
C6H12O6 ---- 6 CO2 + 6 H2O + 675 kal + 38 ATP
Respiasi
anaerob:
C6H12O6
------ 2 C2H5OH + 2CO2 + 21 kal + 2 ATP
Pernapasan anaerob dapat
berlangsung didalam udara bebas, tetapi proses ini tidak menggunakan O2 yang
disediakan di udara. Fermentasi sering pula disebut sebagai peragian alcohol
atau alkoholisasi.
Pada respirasi aerob
maupun anaerob, asam piruvat hasil proses glikolisis merupakan substrat.
Perhatikan
skema dibawah ini !
Respirasi
aerob dan respirasi anaerob
a) Asam
piruvat dalam respirasi anaerob
b) Asam
piruvat dalam respirasi aerob
Pembongkaran sempurna
terjadi pada oksidasi asam piruvat dalam respirasu aerob. Dari proses ini
dihasilkan CO2 dan H2O serta energy yang
lebih banyak , yaitu 38 ATP.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Olimpiade Biologi
Indonesia. 2008. Biologi. Bandung: Tim Olimpiade Biologi Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar