Sebelas Wanita Pelaku Aksi Syahid

Mereka adalah pelita-pelita yang menyinari derap langkah perlawanan
Palestina. Mereka adalah mahkota-mahkota yang ditempatkan di atas kepala
orang-orang yang bebas dan terhormat. Maka cukuplah nama-nama mereka terekam
dalam keabadian dengan abjad-abjad dari cahaya dan api.
Dalam setiap episode pejuangan
rakyat Palestina, keikutsertaan wanita Palestina selalu sesuai bagi setiap
episode tersebut. Pada periode paska pendudukan penjajah Zionis Israel atas
Palestina pada Juni 1967, wanita-wanita inteletual Palestina muncul dalam
pejuang nasional Palestina. Mereka menyokong dan membantu memasang bom-bom
ranjau, membawakan perbekalan dan membantu para pejuang dalam melaksanakan
aksi-aksi berani mati. Di samping, tentu saja, peran tarbawi (pembinaan) yang
tidak bisa dipandang sebelah mata. Di antara mereka adalah para pengajar dan
pendidik (mu’alimat wa murabiyat). Ada banyak nama bisa disebut, untuk
sekadar contoh, di antaranya adalah Ubla Thaha dari al Quds (Jerusalem),
Lathifa Hawari dari Ramallah, Khadija Abu Arqub dari Hebron dan sebagainya. Di
antara mereka ada yang turut berpartisipasi dalam aksi pembajakan pesawat Zionis
Israel ,
di antaranya adalah Laila Khaled, Rima Ba’lusha dan Zahera Endraus.
Pada periode selanjutnya,
wanita-wanita Palestina masih terus menunjukan aktivitas perlawanan mereka
dalam kancah jihad Palestina. Di antara mereka ada yang turun ke medan jihad dan menjadi
korban pembuangan oleh pihak penjajah. Peran mereka sama seperti para pejuang
pria lainnya, semisal Teriz Helsa, yang menjadi tawanan pihak penjajah. Pada
masa intifadhah al Aqsha, wanita-wanita Palestina terlibat dalam perlawanan dan
jihad secara lebih luas dan langsung ke aksi jihad di medan pertempuran melawan penjajah. Di antara
mereka kini mendekam dalam penjara penjajah Zionis Israel karena terlibat dalam jihad
bersama para pejuang pria lainnya.
Dan memori Palestina tak pernah sepi
menyebut ratusan wanita Palestina yang turut serta dalam aksi-aksi berani mati
dalam revolusi Palestina. Semisal Dalal maghribi, Shadziya Abu Ghozala, Athof
Ilyan, Khodijah Abu Arin, Amina Dahbu, Doa Jayushi, Lina Nablusi, Nikma Halwa,
Lamya Ma’ruf, Zahra Saed Hasan, Taghrid Bathma, Nahla Bayidh, Fairuz Arafa,
Ghozala Abu Ajram, Shubha Shalaha, Eman Abu Dzahira, Afifa Binura, Aisa Hamada,
Rashida Abidu, Samiya Thawel, Shubhiya Sya’ban, Hala Dzaher, Dalal Abu Qomar,
Rayiqo Shahada, Huriya Khalifa, Zakiya Shamuth, Amira Musa, Raudha Mu’in,
Faryal Sam’an, Tsurayat Awawida, Samiya Musthafa, Eman Khathib, Majeda
Salayema, Fatima Musa Daqodiq, nadiya Khayath, Khitam Khithab, Khoula Azraq,
Shifa Qudsi, Tsauriya Jamuri, Eman Isha…
Dalam fenomena amal jihad wanita
pada intifadhah al Aqsha, yang meletus sejak 28 September 2000, muncul fenomena
aksi-aksi syahid yang di antaranya dilakukan para wanita pejuang Palestina.
Berikut adalah profil singkat mereka.
Wafa Idris (26), 28 Januari 2002

Dia adalah satu-satunya anak wanita
di keluarga yang hanya memiliki satu orang tua, ibu. Suatu saat dia berpamitan
pada ibu dan saudara-saudaranya seraya berkata kepada mereka, “Situasinya
sangat sulit, bisa jadi seseorang mati syahid kapan saja.”
Akhirnya dia pun terlambat pulang.
Malam telah tiba namun Wafa tak kunjung pulang ke rumah. Keluarganya pun mulai
mencari dan bertanya kepada rekan-rekan wanitanya. Mereka hanya mengatakan,
Wafa telah berpamitan dan minta kepada rekan-rekannya agar mendoakan seraya
berkata, “Aku akan melakukan sesuatu yang dapat mengangkat (meninggikan) kepala
kalian.” Tanpa memberi penjelasan lebih panjuat apa gerangan yang akan dia
lakukan.
Semua hanya menunggu-nunggu, antara
harap dan cemas. Sampai akhirnya datang kabar yang menyatakan Wafa telah gugur
syahid dalam aksi syahid di jalan Yafa, Jerusalem
(terjajah), pada 28 Januari 2002.
Dareen Abu Isha (22), 27 Februari 2002

Ibunya mengatakan, saat mendapat
kabat tentang kesyahidan putrinya, “Hati saya mengatakan pada saya bahwa Dareen
akan gugur syahid, karena dia senantisa mengatakan kepada saya, doakan untukku
wahai Ummi, agar aku menjadi syuhada’ yang gugur syahid di jalan Allah sehingga
aku dapat menggapai syurga dan engkau akan bersamaku di dalamnya dengan izin
Allah.”
Mahasiswi berudia 22 tahun ini gugur
syahid dalam aksi syahid tanggal 27 Febuari 2002, di mana Brigade Martir al
Aqsha, sayap militer gerakan Fatah, menyatakan bertanggung jawab atas aksi
tersebut.
Ayat al Akhras (18), 29 Maret 2002

Hari itu para siswa dan siswi
Palestina sudah pulang ke rumah-rumah mereka, namun Ayat justru berpamitan
kepada mereka dengan kucuran air mata yang melinangui mukanya seraya berkata
kepada siswi-siswi yang lain, “Saya ingin menyelesaikan sebuah pekerjaan.” Maka
sebelum menunaikan pekerjaan yang dimaksud, Ayat menulis di secarik kertas dan
menolak mengungkapkan isi surat
tersebut. Dia minta kepada salah seorang teman dekatnya agar membawa lipatan
kertas tersebut dan tidak membukanya kecuali keesokan harinya.
Setelah memberikan kerta, yang tidak
lain berisi wasiat darinya, Ayat segera menenteng tas yang penuh dengan bahan
peledak. Dia bertolak ke sebuah jalan di al Quds (Jerusalem ) terjajah. Hari itu, 29 Maret 2002,
Ayat telah menunaikan tugas jihad dengan melakukan aksi bom syahid yang
menewaskan dan melukai puluhan orang Zionis Israel .
Andaleeb (18), 12 April 2002

Pemandangan hari itu benar-benar
menggoncang semua jiwa yang hadir, saat Andaleeb dan membaca wasianya (sebelum
melakukan aksi syahid) kepada semua yang hadir seraya mengangkat al Qur’an
Kitabullah. Dia mengatakan, “Sesungguhnya kehidupan ini…kehidupan yang fana.
Tidak ada rasa dan harganya. Sebaik-baik yang dicari manusia adalah kehidupan
yang mulia di syurga.”
Di pagi hari, sebelum berangkat
keluar rumah, Andaleeb berkata kepada ibunya agar mempersiapkan diri. Karena
akan datang kabar yang menggembirakan secara tiba-tiba di sore hari. Ibu
Andaleeb hanya menduga bahwa dia akan kedatangan seseorang yang akan melamar
putrinya ini. Namun hari itu, 12 April 2002, Andaleeb tengah melakukan tugas
jihad dengan melakukan aksi bom syahid yang menewaskan tidak kurang dari 10
orang Zionis Israel .
Heba Daragema (19), 20 Mei 2003

Hunadi Garadat (28), 4 Oktober 2003

Waktu terus berjalan, hingga
kemudian radio Zionis Israel
mengumumkan bahwa seorang wanita Palestina meledakan dirinya di kaffe Zionis di
Haifa dan menewaskan 19 orang Zionis Israel dan puluhan lainnya terluka.
Selanjutnya diketahui, aksi tersebut dilakukan seorang wanita muda Palestina
bernama Hunadi setelah pihak gerakan Jihad Islam menyatakan bertanggung jawab
atas aksi tersebut. Dia adalah pelaku aksi syahid wanita ke-6 selama masa
intifadhah al Aqsha yang meletus sejak 28 September 2000. Hunadi menyelesaikan
studi magister bidang pembelaan hukum setelah menyelesaikan sarjana hukum di
Universitas Jarsy di Yordania tahun 1999.
Nora Shelhub, 25 Februari 2002
Nora Jamal Shelhub, usianya masih
sangat belia. Gadis berusia 15 tahun ini gugur dalam aksi syahid di gerbang
perlintasan militer Zionis Israel
pada 25 Februari, yang dikenal perlintasan militer al Thaiba. Perlintasan
militer ini memisahkan wilayah-wilayah Palestina yang diduduki Zionis Israel sejak
tahun 1967 dengan wilayah Palestina ’48.
Ilham Dasuki, April 2002
Ia gugur saat mempertahankan
kehormatan keluarganya. Ia meledakan dirinya saat pasukan penjajah Zionis Israel menyerbu rumahnya di kamp pengungsi Jenin
pada bulan April 2002, pada saat api pertempuran tengah membara di medan perang kamp
pengungsi Jenin. Aksi kepahlawanan Ilham ini dicatat sebagai legenda khusus
dalam kisah kepahlawanan perang Jenin.
Aksi ini sendiri menewaskan dua
komandan Zionis Israel dan
melukai 10 serdadu Zionis Israel
lainnya.
Reem Riyasyi (22), 14 Januari 2004

Pada hari Rabu 14 Oktober 2004 tepat
pukul 09:37 (waktu setempat), pelaku aksi syahid wanita pertama dari Brigade
Izuddin al Qassam, sayap militer gerakan HAMAS, ini berhasil menyelesaikan aksi
kepahlawanannya. Informasi kala itu menyebutkan, 4 orang Zionis Israel tewas
dan lebih 10 lainnya terluka.
Sina Qudaih (33), 21 Maret 2004

Dalam aksi baku
senjata ini, kedua pejuang suami istri ini berhasil meledakan sejumlah bom ke
arah tank-tank Zionis Israel
dan sejumlah bom rakitan tangan ke para serdadu Zionis Israel . Setelah
itu, keduanya meledakan diri dengan bom ikat pinggang di tengah-tengah barisan
pasukan Zionis yang menyerbu rumah hingga menewaskan dan melukai sejumlah
pasukan Zionis Israel .
Zainab Ali (18), 22 September 2004

Zainab berhasil melakukan aksi
syahidnya meski telah menjalani pemeriksaan ekstra dari keamanan Zionis Israel
sebelum sampai di lokasi transit tersebut. Setidaknya begitulah menurut
pengakuan pihak keamanan Zionis Israel. Aksi ini mengakibatkan seorang serdadu
dan warga Zionis Israel tewas sementara 16 Zionis lainnya terluka, dua di
antaranya dalam kondisi kritis. Pihak Brigade al Aqsha, sayap militer gerakan Fatah,
menyatakan bertanggung jawab atas aksi bom syahid ini.
Itulah Jihad, menang atau mati
syahid!!! (warsito)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar